Sebuah cerita tentang roti gosong tidak menyakiti siapapun, cerita ini dikutip dari mantan presiden India, Dr. A.P.J. Abdul Kalam, yang memerintah dari 25 Juli 2002 hingga 25 Juli 2007. Ia juga merupakan ilmuwan dan insinyur India terkemuka.
Diceritakannya waktu beliau masih kecil, ibunya sering memasak makanan untuk mereka sekeluarga, salah satunya adalah makanan sabzi, ada yang tahu seperti apa sabzi?
Sabzi merupakan makanan khas india, yang berisi sayuran dibumbui dengan banyak rempah-rempah, dan ada juga dengan berbagai minyak, makanan ini tanpa kuah, mungkin seperti salad, gado-gado atau karedok kalau di Indonesia. Sabzi ini dapat disajikan dengan nasi basmati, tortilla gandum, atau roti.
Suatu malam ibunya membuat makan malam setelah seharian bekerja, Ibu meletakan semangkuk sabzi yang kali ini disajikan dengan roti di depan Ayahnya, dan roti itu gosong!…
Beliau menunggu untuk melihat bagaimana respon dari ayahnya dengan sajian roti gosong yang dihidangkan malam itu, apakah akan marah? meminta dibuatkan yang lain, atau hal-hal negative lainnya yang bisa muncul.
Ternyata diluar dugaannya, Ayahnya tenang saja memakan roti dan sabzi, sambil ayahnya bertanya ke dia tentang bagaimana kegiatan di sekolah hari ini?
Setelah makan malam itu, ayah dan ibu berbicara di ruang lain. Beliau tidak ingat apa yang dikatakan kepada ayahnya malam itu, tapi yang beliau ingat, ia mendengar Ibunya meminta maaf kepada Ayah atas roti gosong yang dihidangkannya ketika makan malam tadi.
Beliau mengatakan bahwa ia tak akan pernah lupa yang ayahnya katakan kepada ibunya malam itu, beliau melihat ayahnya yang sambil tersenyum mengatakan kepada ibunya “Sayang…, aku sesekali suka makan roti gosong” sambil mencium kening ibu.
Malamnya, sebelum pergi tidur seperti biasa beliau mencium Ayahnya, mengucapkan selamat malam. Dan untuk memenuhi rasa penasarannya, beliau memberanikan diri untuk bertanya apakah Ayah benar-benar menyukai roti gosong yang dihidangkan tadi?.
Dan Ayah memeluknya, sambil berkata, “Ibumu melalui hari yang berat dengan pekerjaan hariannya dari bangun sampai tidur lagi, mengurus segala macam urusan rumah tangga dan lainnya, dan tentu ibumu benar-benar sangat lelah. Roti gosong tidak pernah menyakiti siapapun, justru kata-kata kasarlah yang akan “menyakiti” hati ibumu.”
“Kamu tahu nak?, hidup ini dipenuhi dengan hal-hal yang tidak sempurna dan orang-orang yang tidak sempurna.”
“Ayah pun bukan lelaki sempurna, belajarlah untuk menerima ‘ketidaksempurnaan itu’ supaya kamu bisa menikmati kebahagiaan bersama keluargamu nanti ya Nak…“.
Banyak pelajaran yang didapat dari cerita diatas. Setiap orang selalu menginginkan dan mengharapkan kesempurnaan dalam setiap aspek kehidupannya. Kita semua sering kali berlomba dan berusaha menggapai apa yang namanya kesempurnaan tersebut. Padahal kadang kita tidak memahami seperti apa kesempurnaan itu.
Dan bisa jadi, ketika menerima sesuatu yang kita maknai dengan ‘tidak sempurna’ itu, justru akan membuat hidup kita lebih sempurna.
“Kesempurnaan hanya ada dalam hati yang ikhlas untuk menerima kekurangan dari sesuatu.”
Secara filosofis, kesempurnaan dari sesuatu hal berbanding lurus dengan kemampuan hati kita dalam menerima ketidaksempurnaan dan kekurangan itu sendiri.
Dan Kesempurnaan hidup tergantung seberapa besar hati mampu menerima semua yang terjadi dalam hidup kita, baik hal-hal yang indah, Bahagia, nyaman, atau pun hal-hal tidak enak, mengecewakan, sedih menurut pemaknaan kita, termasuk roti gosong dalam episode kehidupan kita.
baca ini sambil senyum2 sendiri dan seperti bisa merasakan kehangatan yg ada didalam keluarga mereka, kebahagiaannya seperti bisa menjalar ke diri, apakah ini namanya terhipnotis cerita ?
thanks coach!
terimakasih ibu, dapat merasakannya bisa jadi salah satunya karena memiliki pengalaman yang sama hangatnya, semoga bermanfaat.