Pada suatu malam yang tenang, di depan sebuah api unggun di tengah-tengah perkampungan suku Cherokee, seorang pemimpin suku tersebut bersama cucu-cucunya sedang duduk berkumpul dan bercengkerama dalam lingkaran kecil di dekat api unggun itu, dan dia sedang mengajarkan tentang pengalaman hidupnya…
“Terjadi pertarungan dalam jiwaku…”, katanya tiba-tiba menarik perhatian cucu-cucunya untuk memperhatikan dia. “Sebuah pertarungan yang hebat dan mengerikan, terjadi terus menerus, bahkan sampai saat ini, yaitu pertarungan antara dua serigala yang ada di dalam jiwa” lanjutnya meneruskan cerita.
“serigala yang satu adalah serigala jahat – ia adalah kemarahan, dendam, kebencian, iri hati, kesedihan, penyesalan, keserakahan, kesombongan, rasa bersalah, kebencian, rendah diri, kebohongan, ketakutan, kehinaan, kebanggaan palsu, merasa unggul, merasa paling pintar, kurang percaya diri, dan keegoisan”.
“…dan serigala yang lainnya adalah serigala baik – ia adalah kegembiraan, kedamaian, kebersyukuran, cinta, harapan, ketenangan, rendah hati, kebaikan, keadilan, kebajikan, empati, kemurahan hati, kasih sayang, kebenaran, empati, dan keimanan”.
“Pertarungan ini ada juga dalam jiwamu, pertarungan yang sama dari dua serigala tersebut – dan ada dalam jiwa setiap orang…” tambahnya sambil menunjuk ke dada cucu-cucunya dengan tatapan yang tajam.
Seorang cucunya yang terpana mendengarkan cerita kakek kepala suku itu sekarang terdiam dan merenung beberapa saat , dan kemudian dia bertanya kepada kakeknya, “Kakek,.. lalu serigala mana yang akan menang dari pertarungan itu?”.
Kakek kepala suku yang telah lanjut usia itu dengan tenang dan bijaksananya menjawab, “…yang selalu kamu beri makan…”
Cucu tersebut mengangguk tanda paham walaupun sambil berpikir dalam benaknya, dan akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya lagi, “Kakek,… bagaimana aku memberi makan serigala-serigala itu?”
Dan kakek kepala suku menatap ke cucunya dengan tersenyum dan penuh kasih sayang dia menjawabnya, “wahai cucuku, renungkanlah saja, mungkin kamu belum mengerti saat ini, tetapi kamu akan selalu mengingat ini…” lanjutnya, “serigala-serigala itu diberi makan oleh pikiran dan perasaanmu, dari apapun kejadian yang kamu lihat, dengar, fikir dan rasakan, dan keputusan dari pikiran dan perasaanmu itu menjadi makanan hanya bagi salah satu serigala itu, karena tidak mungkin makanan itu untuk kedua serigala tersebut…”.
Mari sama-sama merenungkan cerita diatas, kepada siapa lebih banyak kita memberi makan selama ini? apakah serigala baik atau jahat dalam jiwa kita?.
—
CREDIT IMAGE Photo by Ray Hennessy on Unsplash.
Kasih makan untuk srigala yg Baik itu enga semudah dan tdk segampang yg orang lain pernah mencobanya. Karna permasalahan dan Berat dr masalahnya itu tdk Ada yg sama, Menurut saya sih atas dasar pengalaman hidup yg saya alami sampe detik ini, bila memang bs semudah seperti sekitar kita yg care berucap, pengen bgt saat ini usir jauh2 srigala sang penguasa jiwa kegelapan 🙁
Alo Pak dokter… 🙂
Dokter, senyum itu tdk semudah itu juga lagi, terkadang lupa apa itu senyum bila jiwa dan hati masih merasakan sakit dan penuh dgn kekecewaan yg teramat xexexe… ;p
Help me ya dok senyum dan bahagia itu apa ya?!
Lupa rasanya
Thanks dok
See u
Wass